Kamu tidak lebih baik dari orang lain


Adakalanya kita pernah merasa bahwa diri kita itu lebih baik dari orang lain. Namun sekarang saya menyadari bahwa ternyata kita tidak lebih baik dan tidak lebih mulia dari orang lain.

Kita harus yakin bahwa setiap orang diciptakan dengan keunikannya masing-masing, dari kekurangan sampai kelebihannya, dan dari kemudahan sampai kesulitannya.

Namun, yang lebih penting dari semua itu adalah amal perbuatannya. Jadi baik buruknya seseorang itu dilihat dari seberapa besar kecilnya, banyak sedikitnya kita berbuat baik dengan sesama, maupun dengan Tuhan kita.

Dan hanya kita dan Tuhanlah yang tahu segala amal perbuatan yang pernah kita lakukan, baik itu amal perbuatan yang baik atau amal perbuatan yang buruk.

Ada sebuah kisah tentang seorang anak dan ayahnya yang menyampaikan tentang arti "tidak lebih baik dari orang lain", dimana kisah ini memuat unsur/nilai dari ajaran Islam.

Alkisah, ada seorang anak dan ayahnya berjalan bersama, mereka hendak pergi ke sebuah tempat untuk mengisi sebuah acara dakwah.

Ditengah perjalanan disuatu pasar yang ramai ayahnya hendak ingin mengujinya. Apakah anaknya itu sudah pantas untuk memberikan dakwah atau belum.

"Nak, sebelum kita melanjutkan perjalanan, ayah ingin kau mencari orang yang tidak lebih baik dari kamu dipasar ini, dan bawalah kesini!", pinta ayahnya.

"Baik ayah", sahut anaknya tanpa ada rasa keberatan.

Anak itu bergegas untuk mencari orang yang tidak lebih baik darinya. Sesaat kemudian, terdengarlah suara adzan yang berkumandang.

Setelah itu, ia melihat seorang pedagang tua yang tidak bergegas pergi ke masjid dan tetap menjaga dagangannya.

"Dia pasti tidak mengerjakan sholat, saya akan membawa orang itu kepada ayah", ujar anak itu dalam hati sambil melangkah mendekati pedagang itu.

Kemudian tiba-tiba anak itu menghentikan langkahnya, "mungkin beberapa saat lagi dia akan sholat" pikirnya lagi terhadap pedagang itu.

Namun setelah beberapa waktu berlalu, ternyata pedagang itupun masih belum pergi untuk mengerjakan sholat. "Pasti orang itu tidak mengerjakan sholat, jadi aku akan bawa dia ke ayah sekarang juga." pikir anak itu dengan yakin.

Tetapi dia berfikir lagi, "mungkin memang benar dia tidak sholat, tapi saya tidak tahu dimasa mudanya mungkin dia sudah lebih banyak mengerjakan amal perbuatan baik termasuk sholat dari pada saya. Jadi tentu tidak berhak jika saya merasa lebih baik darinya". Akhirnya anak itupun tidak jadi membawa ke ayahnya dan melanjutkan pencariannya lagi ke penjuru pasar itu.

Kemudian anak itu menjumpai seorang pemuda yang usianya lebih muda darinya, dia merasa anak itu tidak lebih baik darinya, diapun bermaksud ingin membawanya.

Ditengah langkahnya lagi-lagi dia berhenti, "dia lebih muda dariku, mungkin saja dia lebih sedikit melakukan dosa daripada aku", ujarnya dalam hati. Akhirnya diapun tidak jadi membawanya.

Waktupun terus berlalu, sayangnya dia tidak menemukan satupun orang dipasar itu yang dirasa tidak lebih mulia atau lebih baik darinya.

Kemudian dia menjumpai seekor anjing disudut pasar itu, "anjing itu pasti tidak lebih baik daripada saya, saya akan membawa anjing ini saja", yakinnya dalam hati.

Namun lagi-lagi dia mengurungkan niatnya, sambil merenung "mungkin jika aku masuk surga anjing ini lebih buruk daripada aku, namun jika aku masuk neraka maka anjing ini lebih baik daripada aku, karena anjing tidak dihisab perbuatannya dan mereka akan menjadi debu di hari kebangkitan nanti".

Akhirnya diapun tidak mendapatkan seorangpun yang lebih buruk atau tidak lebih baik darinya, dan kembali lagi kepada ayahnya dengan tangan kosong.

"Ayah aku tidak menemukan satupun orang yang lebih buruk atau tidak lebih baik dariku", ucap anak itu kepada ayahnya.

"Kamu sudah pantas untuk berdakwah Nak", sahut ayahnya kepadanya. (Selesai)

Ada hikmah yang bisa kita ambil dari kisah antara ayah dan anak diatas, yaitu tentang bagaimana kita berfikir dan bersikap rendah diri kepada orang lain, namun rendah diri dalam arti yang positif.

Ketika kita berhadapan dengan orang yang lebih tua, maka kita berfikir bahwa mungkin orang itu sudah dahulu berbuat baik daripada kita dan juga sudah banyak berbuat baik daripada kita. Jika sekarang dia berbuat buruk mungkin nanti dia akan segera mendapatkan hidayah.

Ketika kita berhadapan dengan orang yang lebih muda, maka kita seharusnya berfikir bahwa mungkin orang itu lebih sedikit berbuat dosa daripada saya, dan jika dia melakukan perbuatan yang salah, semoga dia segera mendapatkan hidayah.

Dan pada hakekatnya, baik buruknya kita dinilai dari akhir hidup kita. Boleh saja kita sekarang berbuat baik, tapi diakhir hayat kita berbuat dosa, Dan sebaliknya boleh jadi orang lain itu sekarang berbuat dosa, tetapi diakhirnya dia akan mendapatkan hidayah untuk menjadi orang yang baik akhlaknya.

Marilah kita bersikap rendah diri (dan rendah hati) kepada orang lain. Tidak ada orang yang lebih buruk dari pada kita, juga tidak ada orang yang tidak lebih baik dan mulia daripada kita.

Setiap manusia memiliki pilihan dalam hidupnya, namun tidak bisa merencanakan akhir dari perjalanannya.

Dan baik buruknya pada konteks ini adalah dilihat dari amal perbuatan kita, bukan dari fisik, keahlihan/kemampuan, harta, tahta, pasangan, ataupun bagaimana cara kita hidup.

Fisik seperti cantik dan tampan, semua itu bawaan ketika lahir, bukan kita yng menginginkannya tapi Tuhan yang memberikannya.

Keahlian/kemampuan adalah seperti seberapa tinggi kita menempuh pendidikan, padahal Tuhan yang memberikan keluarga yang mampu membiayai pendidikan kita. Atau sebuah kecerdasan dari makanan yang kita konsumsi atas pemberian orang tua, dan orang tua pun adalah kehendak dari Tuhan.

Harta, tahta, pasangan, atau bagaimana cara kita hidup (kemewahan/kemiskinan) semua ini juga sama, yaitu sebuah pemberian, sebuah warisan.

Semua yang kita miliki adalah sebuah warisan atau titipan, yang pada hakekatnya semua itu adalah fana, sekaligus sebagai sebuah ujian bagi manusia untuk membuat pilihan dalam hidupnya.

Setiap manusia itu unik dan spesial, berbeda satu dengan yang lainnya. Memiliki arti sendiri-sendiri dalam hidupnya, didalam kesusahan maupun kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment